Showing posts with label Budha. Show all posts
Showing posts with label Budha. Show all posts

Khuddaka Nikâya Buku Kelima Dari Kitab Sutta Pitaka

Khuddaka Nikâya merupakan buku kelima dari Sutta Pitaka yang terdiri atas kumpulan lima belas kitab, yaitu :

  • Khuddakapâtha, berisi empat teks : Saranattâya, Dasasikkhapâda, Dvattimsakâra, Kumârapañha, dan lima sutta : Mangala, Ratana, Tirokudda, Nidhikanda dan Metta Sutta.
  • Dhammapada, terdiri atas 423 syair yang dibagi menjadi dua puluh enam vagga. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
  • Udâna, merupakan kumpulan delapan puluh sutta, yang terbagi menjadi delapan vagga. Kitab ini memuat ucapan-ucapan Sang Buddha yang disabdakan pada berbagai kesempatan.
  • Itivuttaka, berisi 110 sutta, yang masing-masing dimulai dengan kata-kata : vuttam hetam bhagavâ (demikianlah sabda Sang Bhagavâ).
  • Sutta Nipâta, terdiri atas lima vagga : Uraga, Cûla, Mahâ, Atthaka dan Pârâyana Vagga. Empat vagga pertama terdiri atas 54 prosa berirama, sedang vagga kelima terdiri atas enam belas sutta.
  • Vimânavatthu, menerangkan keagungan dari bermacam-macam alam deva, yang diperoleh melalui perbuatan-perbuatan berjasa.
  • Petavatthu, merupakan kumpulan cerita mengenai orang-orang yang lahir di alam Peta akibat dari perbuatan-perbuatan tidak baik.
  • Theragâthâ, kumpulan syair-syair, yang disusun oleh para Thera semasa hidup Sang Buddha. Beberapa syair berisi riwayat hidup para Thera, sedang lainnya berisi pujian yang diucapkan oleh para Thera atas Pembebasan yang telah dicapai.
  • Therigâthâ, buku yang serupa dengan Theragâthâ yang merupakan kumpulan dari ucapan para Theri semasa hidup Sang Buddha.
  • Jâtaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang terdahulu.
  • Niddesa, terbagi menjadi dua buku : Culla-Niddesa dan Mahâ-Niddesa. Culla-Niddesa berisi komentar atas Khaggavisâna Sutta yang terdapat dalam Pârâyana Vagga dari Sutta Nipâta; sedang Mahâ-Niddesa menguraikan enam belas sutta yang terdapat dalam Atthaka Vagga dari Sutta Nipâta.
  • Patisambhidâmagga, berisi uraian skolastik tentang jalan untuk mencapai pengetahuan suci. Buku ini terdiri atas tiga vagga : Mahâvagga, Yuganaddhavagga dan Paññâvagga, tiap-tiap vagga berisi sepuluh topik (kathâ).
  • Apadâna, berisi riwayat hidup dari 547 bhikkhu, dan riwayat hidup dari 40 bhikkhuni, yang semuanya hidup pada masa Sang Buddha.
  • Buddhavamsa, terdiri atas syair-syair yang menceritakan kehidupan dari dua puluh lima Buddha, dan Buddha Gotama adalah yang paling akhir.
  • Cariyâpitaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang terdahulu dalam bentuk syair, terutama menerangkan tentang 10 pâramî yang dijalankan oleh Beliau sebelum mencapai Penerangan Sempurna, dan tiap-tiap cerita disebut Cariyâ.
  • Nettippakarana (hanya pada Tipitaka Bahasa Burma)
  • Petakopadesa (hanya pada Tipitaka Bahasa Burma).
  • Milindapañha — Pertanyaaan Milinda (hanya pada Tipitaka edisi Birma)
Type or Article : Update

Samyutta Nikâya Buku Keempat dari Kitab Sutta Pitaka

Samyutta Nikaya merupakan buku keempat dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta. Buku ini dibagi menjadi lima vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta. Bebebapa samyutta diantaranya sebagai berikut :
  • 7Mara : perbuatan-perbuatan bemusuhan dari Mara terhadap Sang Buddha dan para siswaNya.
  • Bhikkhuni : bujukan yang tidak berhasil dari Mara terhadap para bhikkuni dan perbedaan pendapatnya dengan mereka.
  • Brahma : Brahma Sahampati memohon Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma kepada dunia.
  • Sakka : Sang Buddha menguraikan sifat-sifat Sakka, Raja para Dewa.
  • Nidana Samyutta : penjelasan mengenai Paticcasamuppada (doktrin sebab musabab yang saling bergantungan).
  • Abhisamaya : dorongan untuk membasmi kekotoran batin secara tuntas.
  • Khandha Samyutta : kumpulan unsur, fisik dan mental yang membentuk individu.
  • Kilesa : kekotoran batin muncul dari enam pusat indria dan kesadaran indria.
  • Vedana : tiga jenis perasaan dan sikap yang benar terhadap perasaan itu.
  • Citta : alat indria dan obyeknya pada hakekatnya tidak jahat, melainkan kehendak-kehendak tidak baik yang timbul melalui kontak mereka.
  • Asankhata : tidak terbentuk (Nibbana)
  • Magga Samyutta : jalan beruas delapan.
  • Bojjhanga : tujuh faktor Penerangan Agung.
  • Satipatthana : empat dasar kesadaraan.
  • Indriya : lima kemampuan
  • Sammappadhana : empat macam usaha benar.
  • Bala : lima kekuatan.
  • Iddhipada : empat kekuatan batin.
  • Anuruddha : kekuatan-kekuatan gaib yang dicapai oleh Anuruddha melalui kesadaran.
  • Jhana : empat jhana.
  • Anapana : kesadaraan dari pernapasan.
  • Sotapatti : gambaran tentang seorang "penakluk arus".
  • Sacca : empat kesunyataan mulia.
Type of Article : Update

Anguttara Nikâya Buku Ketiga Dari Kitab Sutta Pitaka

Anguttara Nikaya merupakan buku ketiga dari Sutta Pitaka, yang terbagi atas sebelas nipâta (bagian) dan meliputi 9.557 sutta. Sutta-sutta disusun menurut urutan bernomor, untuk memudahkan pengingatan. [7]

  • Ekaka Nipata : (yang serba satu) misalnya pikiran terpusat/tidak terpusat; usaha ketekunan Sang Buddha dan sebagainya.
  • Duka : (yang serba dua), dua jenis kamma vipaka yaitu yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang maupun yang membawa kepada tumimbal lahir dan seterusnya; dua jenis dana; dua golongan Bhikkhu dan sebagainya.
  • Tika : (yang serba tiga), tiga pelanggaran melalui jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang patut dipuji yaitu kedermawanan, penglepasan, dan pemeliharaan orang tua; dan sebagainya.
  • Catuka : (yang serba empat), empat jenis orang yaitu tidak bijaksana dan tidak beriman; tidak bijaksana tapi beriman; bijaksana tapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; empat jenis kebahagiaan (empat Brahma Vihara, empat sifat yang menjaga Bhikkhu dari kekeliruan); empat cara pemusatan diri dan sebagainya.
  • Pancaka : (yang serba lima), lima ciri yang baik dari seorang siswa; lima rintangan batin; lima obyek meditasi; lima sifat buruk; lima perbuatan baik; dan sebagainya.
  • Chakka : kewajiban rangkap enam dari seorang Bhikkhu.
  • Sattaka : tujuh jenis kekayaan; tujuh jenis kemelekatan.
  • Atthaka : delapan sebab kesadaran; delapan sebab pemberian dana; delapan sebab gempa bumi.
  • Navata : sembilan perenungan; sembilan jenis manusia.
  • Dasaka : sepuluh perenungan, sepuluh jenis penyucian batin.
  • Ekadasaka : sebelas jenis kebahagian / jalan menuju nibbana; sebelas sifat-sifat baik dan buruk dari seorang pengembala dan Bhikkhu.
Type of Article : Update. . .

Majjhima Nikâya Buku Kedua Dari Kitab Sutta Pitaka

Majjhima Nikaya merupakan buku kedua dari Sutta Pitaka yang memuat kotbah-kotbah menengah. Buku ini terdiri atas tiga bagian (pannâsa); dua pannâsa pertama terdiri atas 50 sutta dan pannâsa terakhir terdiri atas 52 sutta; seluruhnya berjumlah 152 sutta. Beberapa sutta di antaranya ialah : Ratthapâla Sutta, Vâsettha Sutta, Angulimâla Sutta, Ânâpânasati Sutta, Kâyagatasati Sutta dan sebagainya.

  • Mulapariyaya Sutta: pelajaran mengenai akar segala benda mulai dari unsur-unsur sampai Nibbana.
  • Satipatthana Sutta: sama dengan di Digha Nikaya, tetapi tanpa ulasan mengenai 4 Kesunyataan.
  • Kakacupama Sutta: "Tamsil Gergaji". Perihal tidak marah jika dihina. Seorang Bhikkhu yang marah seandainya anggota badannya digergaji satu demi satu bukanlah siswa Sang Buddha.
  • Alagaddupama Sutta : "Tamsil seekor ular air". Seorang Bhikkhu dimarahi karena melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran. Mempelajari Dhamma secara tidak benar bagaikan manangkap seekor ular pada ekornya.
  • Cula Saccaka Sutta : diskusi umum antara Sang Buddha dan seorang Jain Saccaka mengenai lima khandha seseorang.
  • Maha Saccaka Sutta : mengenai perenungan atas nama dan rupa, dengan penjelasan oleh Sang Buddha tentang ia meninggalkan keduniawian, pengendalian nafsu dan penerangan sempurna.
  • Seleyyaka Sutta : khotbah kepada para Brahmana dari Sala mengenai sebab-sebab mengapa makhluk ada yang memasuki surga dan ada yang menuju neraka.
  • Vedalla Sutta (Maha dan Cula) : 2 khotbah dalam bentuk komentar atas istilah-istilah kejiwaan. Yang pertama oleh Sariputta kepada Mahakotthita dan yang kedua oleh Bhikkhuni Dhammadinna kepada upasaka Visakha.
  • Brahmanimantanika Sutta : Sang Buddha menceritakan kepada para Bhikkhu bagaimana Beliau pergi ke surga Brahma untuk memberi pelajaran kepada Baka, yakni salah satu penghuni surga, tentang ketidakbenaran pendapat tentang kekekalan.
  • Maratajjaniya Sutta: cerita tentang Mara yang menyelusup dalam perut Moggallana. Moggallana memerintahkan keluar dan memberikan pelajaran dengan mengingatkannya akan suatu masa ketika Moggallana sendiri terlahir sebagai Mara bernama Dusi dan Mara adalah kemenakannya.
  • Kandaraka Sutta: percakapan dengan Pessa dan Kandaraka dan khotbah tentang empat jenis orang.
  • Jivaka Sutta: Jivaka mengajukan pertanyaan apakah benar Sang Buddha menyetujui pembunuhan dan memakan daging. Sang Buddha menunjukkan dengan contoh bahwa itu tidak benar dan bahwa seorang bhikkhu makan daging hanya jika ia tidak melihat, mendengar dan menduga bahwa daging itu khusus dibuat untuknya.
  • Upali Sutta: cerita tentang Upali yang diutus oleh pemimpin Jaina Nataputta untuk berdebat dengan Sang Buddha, tetapi akhirnya menjadi pengikut.
  • Kukkuravatika Sutta: percakapan mengenai kamma antara Sang Buddha dengan dua orang pertapa, yang satu diantara mereka hidup seperti anjing dan satu lagi seprti lembu.
  • Abhayarajakumara Sutta: Pangeran Abhaya diutus oleh seorang Jain Nataputta untuk membantah Sang Buddha dengan megajukan pertanyaan berganda tentang kutukan hebat yang diterima oleh Devadatta.
  • Bahuvedaniya Sutta: mengenai penggolongan perasaan-perasaan dan perasaan tertinggi.
  • Maha Rahulovada Sutta: nasehat kepada Rahula tentang pemusatan pikiran dengan jalan menarik dan mengeluarkan napas serta memusatkan pikiran kepada unsur-unsur.
  • Ratthapala Sutta: cerita mengenai Ratthapala yang kedua orang tuanya tidak menyetujui ia memasuki Sangha dan membujuknya untuk kembali menjadi umat biasa.
  • Makhadeva Sutta: cerita mengenai Sang Buddha dalam kehidupannya di masa lampau sebagai Raja Makhadeva dan keturunannya sampai Raja Nimi.
  • Angulimala Sutta: cerita mengenai Angulimala, penyamun yang kemudian menjadi Bhikkhu.
  • Piyajatika Sutta: nasehat Sang Buddha kepada seorang laki-laki yang kehilangan anak dan pertengkaran antara Raja Pasenadi dan permaisurinya mengenai hal itu.
  • Brahmayu Sutta: mengenai 32 tanda pada tubuh Sang Buddha dan penerimaan Brahmana Brahmayu sebagai pengikut Buddha.
  • Sela Sutta: Pertapa Keniya mengundang Sang Buddha dan para Bhikkhu untuk jamuan makan. Brahmana Sela melihat 32 tanda dan menjadi siswa. (Ini terdapat pula dalamSn III 7).
  • Vasettha Sutta: Khotbah yang sebagian besar dalam bentuk syair mengenai brahmana sejati, baik karena kelahiran maupun perbuatan (ini terdapat pula dalam Sn IIII 9).
  • Subha Sutta: mengenai soal apakah seseorang dapat berbuat kebaikan lebih banyak sebagai kepala keluarga atau dengan jalan meninggalkan keduniawian.
  • Isigili Sutta: Sang Buddha menjelaskan nama bukit Isigili dan menyebutnya nama-nama Pacceka Buddha yang dahulu tinggal di sana.
  • Maha Cattarisaka Sutta: penjelasan mengenai Jalan Mulia Beruas Delapan dengan tambahan mengenai pengetahuan yang benar dan emansipasi yang benar.
  • Anapanasati Sutta: perihal cara dan jasa melatih meditasi masuk dan keluarnya napas.
  • Kayagatasati Sutta: perihal cara dan jasa meditasi badan jasmani.
  • Cula Kammavibhanga Sutta: Sang Buddha menerangkan sifat-sifat batin dan jasmani orang yang berbeda-beda dan keberuntungan mereka menurut kamma.
  • Maha Kammavibhanga Sutta: seorang pertapa secara keliru menuduh bahwa Sang Buddha mengatakan kamma tidak berguna dan Sang Buddha menerangkan pandangannya sendiri.
  • Dhatuvibhanga Sutta: uraian mengenai unsur-unsur. Khotbah ini dimasukkan dalam cerita Pukkusati, seorang siswa yang belum pernah melihat Sang Buddha akan tetapi mengenalinya melalui ajarannya.
  • Dakkhinavibhanga Sutta: Mahapajapati menghadiahkan satu pasang jubah kepada Sang Buddha, yang menjelaskan berbagai jenis orang yang patut menerima pemberian dan berbagai jenis orang yang memberi.
Type of Article : Update. . .

Dîgha Nikâya Buku Pertama dari Kitab Sutta Pitaka

Digha Nikaya merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 34 Sutta panjang, dan terbagi menjadi 3 vagga :
1. Sîlakkhandhavagga 
2. Mahâvagga dan 
3. Pâtikavagga. 
Beberapa di antara sutta-sutta yang terkenal ialah : Brahmajâla Sutta (yang memuat 62 macam pandangan salah), Samannaphala Sutta (menguraikan buah kehidupan seorang petapa), Sigâlovâda Sutta (memuat patokan-patokan yang penting bagi kehidupan sehari-sehari umat berumah tangga), Mahâsatipatthâna Sutta (memuat secara lengkap tuntunan untuk meditasi Pandangan Terang, Vipassanâ), Mahâparinibbâna Sutta (kisah mengenai hari-hari terakhir Sang Buddha Gotama).
  • Bramajala Sutta: "Jala para Brahma" Sang Buddha bersabda bahwa Beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi 62 bentuk spekulasi mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.

  • Samannaphala Sutta: "Pahala yang dimiliki oleh tiap pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, Beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang Bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.

  • Ambattha Sutta: Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.

  • Kutadanta Sutta: Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian.

  • Mahali Sutta: Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi dari pada ini adalah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna.

  • Kassapasihanada Sutta: Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.

  • Tevijja Sutta: tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.

  • Mahapadana Sutta: Penjelasan Sang Buddha mengenai 6 orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran.

  • Mahanidana Sutta: mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.

  • Mahaparinibbana Sutta: cerita tentang hati-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik.

  • Sakkapanha Sutta: Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan 10 persoalan dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.

  • Maha Satipatthana Sutta: Khotbah mengenai 4 macam meditasi (mengenai badan jasmani, perasaan, pikiran dan Dhamma) disertai penjelasan mengenai 4 Kesunyataan.

  • Payasi Sutta: Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di surga dan melihat keadaannya.

  • Pitika Sutta: cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula banda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.

  • Cakkavattisihanada Sutta: cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta tentang Buddha Metteyya yang akan datang.

  • Aganna Sutta: perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya.

  • Sampasadaniya Sutta: percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Sang Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.
  • Lakkhana Sutta: Penjelasan mengenai 32 tanda "Orang Besar" (Raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi 20 bagian; tiap bagian dimulai dengan "Disini dikatakan".

  • Sigalovada Sutta: Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu adalah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, guru, sahabat dan lain-lain).
Type of Article : Update

Kitab Suci Agama Buddha Tripitaka dan Penjelasannya

Kitab suci bagi umat beragama Buddha disebut Tripitaka atau Tipitaka (pali) yang dikenal dengan Kanon Pali karena ditulis dengan bahasa Pali, dimana kitab suci Tipitaka ini dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu :

1. VINAYA PITAKA
2. SUTTA PITAKA
3. ABHIDAMMA PITAKA

1. VINAYA PITAKA
Vinaya Pitaka adalah bagian pertama dari tiga bagian Tipitaka, dimana Vinaya Pitaka sendiri berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni dan terdiri dari tiga bagian lagi yaitu :
- Sutta Vibhanga
- Khandhaka
- Parivara

- Sutta Vibhanga
Pada kitab Sutta Vibhanga yang berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni ini berisi 227 peraturan yang mencakup 8 jenis pelanggaran, di antaranya terdapat empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang bhikkhu dari Sangha dan tidak dapat menjadi bhikkhu lagi seumur hidup. Keempat pelanggaran itu adalah : berhubungan kelamin, mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan batin luar biasa yang dicapai. untuk ketujuh jenis pelanggaran yang lain ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang bersangkutan. Bhikkhuni-vibanga berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak.

- Khandhaka
Kitab Khandhaka terbagi atas :
  - Mahavagga
  - Cullavagga

- Mahavagga 
Kitab Mahavagga berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara penahbisan bhikkhu, upacara Uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Pâtimokkha (peraturan disiplin bagi para bhikkhu), peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa), upacara pada akhir vassa (pavâranâ), peraturan-peraturan mengenai jubah Kathina setiap tahun, peraturan-peraturan bagi bhikkhu yang sakit, peraturan tentang tidur, tentang bahan jubah, tata cara melaksanakan sanghakamma (upacara sangha), dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
- Cullavagga
Kitab Cullavagga berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran, tata cara penerimaan kembali seorang bhikkhu ke dalam Sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul, berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, mengenakan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya, mengenai perpecahan kelompok-kelompok bhikkhu, kewajiban-kewajiban guru (âcariyâ) dan calon bhikkhu (sâmanera), pengucilan dari upacara pembacaan Pâtimokkha, penahbisan dan bimbingan bagi bhikkhuni, kisah mengenai Pesamuan Agung Pertama di Râjagaha, dan kisah mengenai Pesamuan Agung Kedua di Vesali. 

- Parivara
Kitab Parivâra memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.

2. SUTTA PITAKA
Kitab Sutta Pitaka terdiri atas 5 lima 'kumpulan' (nikaya) atau buku yaitu :
3. ABHIDAMMA PITAKA
Kitab Abhidhamma Pitaka berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika. 
Jadi merupakan penyajian khusus tentang Dhamma seperti yang terdapat dalam Sutta Pitaka. Pada umumnya, isinya terdapat dalam sutta-sutta akan tetapi yang diuraikan dalam bagian ini adalah bentuk yang terperinci. Kitab ini terdiri atas 7 buah buku (pakara), yaitu:
  1. Dhammasangani, terutama menguraikan etika dilihat dari sudut pandangan ilmu jiwa.
  2. Vibhanga, menguraikan apa yang terdapat dalam buku Dhammasangani dengan metode yang berbeda. Buku ini terbagi menjadi 8 bab (vibhanga), dan masing-masing bab mempunyai 3 bagian: Suttantabhâjaniya, Abhidhannabhâjaniya dan Pññâpucchaka atau daftar pertanyaan-pertanyaan.
  3. Dhâtukatha, terutama membicarakan mengenai unsur-unsur batin. Buku ini terbagi menjadi 14 bagian.
  4. Puggalapaññatti, menguraikan mengenai jenis-jenis watak manusia (puggala), yang dikelompokkan menurut urutan bernomor, dari kelompok satu sampai dengan sepuluh, sepserti sistim dalan Kitab Anguttara Nikâya. 
  5. Kathâvatthu, terdiri atas dua puluh tiga bab yang merupakan kumpulan percakapan-percakapan (kathâ) dan sanggahan terhadap pandangan-pandangan salah yang dikemukakan oleh berbagai sekte tentang hal-hal yang berhubungan dengan theologi dan metafisika. 
  6. Yamaka, terbagi menjadi sepuluh bab (yang disebut Yamaka) : Mûla, Khandha, Âyatana, Dhâtu, Sacca, Sankhârâ, Anusaya, Citta, Dhamma dan Indriya. 
  7. Patthana: kitab hubungan, yaitu analisa mengenai hubungan-hubungan (sebab-sebab dan sebagainya) dari batin dan jasmani yang berkenaan dengan 24 paccaya (kelompok sebab-sebab). Gaya bahasa dalam Kitab Abhidhamma bersifat sangat teknis dan analitis, berbeda dengan gaya bahasa dalam Kitab Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang bersifat naratif, sederhana, dan mudah dimengerti oleh umum. Pada dewasa ini sudah banyak bagian dari Tipitaka yang telah diterjemahkan dan dibukukan ke dalam Bahasa Indonesia misalnya Kitab Dhammapada; beberapa Sutta dari bagian Sutta Pitaka lainnya; beberapa bagian dari Vinaya Pitaka dan juga beberapa bagian (buku) dari Abhidhamma Pitaka
Type of Article : Update for Revision

Mengenali Agama Buddha

Sumber gambar : www.buddha.id
Agama Buddha merupakan agama yang muncul pada abad ke-6 SM (sebelum masehi) hingga saat ini yang dimulai dari wilayah Nepal sebagai reaksi dari agama Brahmanisme weda dari lahirnya sang Buddha yang dilahirkan dengan nama Siddharta Gautama yang merupakan keturunan dari raja Kapilavastu dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546 - 324 SM) tepatnya disebuah kota selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini yang sekarang terletak di kota Nepal.
Sang Buddha Sidharta Gautama juga dikenal dengan nama Sakyamuni (orang bijak dari kaum Sakya).

Ayah Siddharta Gautama bernama Raja Suddhodana, ibunya bernama Maya Devi, Pada usia 29 tahun setelah kelahiran putra tunggalnya Rahula, Shiddarta Gautama meninggalkan istananya yang mewah karena melihat bahwa kenyataan hidup ini penuh dengan penderitaan, sehingga ia pergi mencari suatu cara yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan dan menjadi seorang pertapa, dan mengelilingi hutan-hutan dekat sungai Gangga dan menemui para guru-guru, namun dalam pertapaan dan persamadhiannya masih belum memuaskan hatinya.

Dalam perjalannya dalam mencari penyempurnaan ia duduk dan bersamadhi dibawah pohon Assattha (dikenal sebagai pohon bodhi) yang berada ditepi sungai Neranjara (sekarang Bilhar), sang Buddha Gotama setelah 6 tahun perjalanannya tepatnya pada usia 35 tahun Siddharta Gautama mendapatkan kesempurnaan / Pencerahan yang sempurna. 

Agama Budha berkembang dengan unsur kebudayaan India ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Timur, Asia Tengah dan Asia Tenggara.
Dalam perkembangannya agama Budha telah menyentuh hampir seluruh benua Asia, dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura, Taiwan, Kamboja, Myanmar dll.

Sang Buddha Siddharta Gautama menemukan kebenaran dan Mencapai pencerahannya dibawah pohon bodhi pada umur 35 tahun dan dikenal sebagai Gautama Budha atau Budha yang artinya dalam sansekerta "Ia yang sadar".

Kemudian Sang Buddha memberi khotbah dan pengajaran selama 45 tahun hingga Mangkatnya (Parinibbana) pada usia 80 tahun di kota Kusinara (sekarang Utar Pradesh).

Sebagaimana agama lain Budha juga menjunjung tinggi nilai kemoralan yang dikenal dengan lima sila nilai-nilai kemoralan :
  1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
  2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami
  3. Kamesu micchacara veramani sikkhapadam
  4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami
  5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami

Sedangkan aliran dalam agama Budha  ada tiga :
1. Mahayana
Pengertian Mahayana diambil dari 2 kata Maha dan Yana. Maha artinya (besar/agung) Yana artinya (Kendaraan) maka secara etimologis dapat diartikan Kendaraan Agung/Besar, karena aliran ini tidak hanya memikirkan diri sendiri untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan, namun juga berusaha membantu orang lain untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan tersebut, sehingga dengan tujuan religius menjadi Bodhisatva Samasambodhi (Budha Sempurna)
2. Theravada
Pengertian Theravada diambil dari 2 kata Thera dan Vada. Thera artinya (Sesepuh / sesepuh terdahulu) Vada artinya (Perkataan / Ajaran) maka dapat Theravada dapat diartikan Ajaran para Sesepuh. 
3. Vajrayana
Vajrayana merupakan aliran ke tiga yang merupakan suatu ajaran yang dihubungkan dengan siddha India, atau bisa dianggap sebagai bagian dari Mahayana. 

Kitab Suci Agama Budha
Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah Kitab Suci Tripitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang") yaitu: 
1. Vinaya Pitaka 
2. Sutta Piá¹­aka, dan 
3. Abhidhamma Pitaka. 
Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).


Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan pandangan menuju kesempurnaan yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan.

Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika. dll.
Tripitaka Mahayana termasuk dalam Budha Dharma.

Detail Agama Buddha adalah :

Nama Keyakinan/Agama : Buddha
Munculnya Agama Buddha : Abad 6 SM
Tuhan Agama Buddha : Sang Hyang Adi Buddha
Yang disembah agama Buddha : ?
Kitab Suci Agama Buddha : Tripitaka
Dasar Ajaran Agama Buddha : Dharma
Pembawa Ajaran Buddha : Sidharta Gautama
Tempat Ibadah Agama Buddha : Vihara, Kuil, Klenteng
Hari Raya Agama Buddha : Waisak
Hari-hari Besar Agama Buddha : Waisak, Magha, Asadha
Tujuan Umat Buddha : Nirvana 

Update. . .